Minggu, 04 Oktober 2020

PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA



A. Masuknya Islam Ke Nusantara
Indonesia adalah negara kepulauan yang terkenal dengan pelayar-pelayar yang mampu mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute perjalanan dan pelayaran dalam berdagang antara kepulauan Indonesia dengan berbagai wilayah di daratan Asia Tenggara. Wilayah barat nusantara dan Malaka sejak dahulu menjadi pusat perhatian, karena wilayah ini menghasilkan hasil bumi yang menarik minat para pedagang. Selain itu daerah ini juga menjadi lintasan penting Cina dan India.

Hasil rempah dan hasil hutan Indonesia dibawa ke Cina dan India terutama daerah Gujarat yang langsung mengadakan hubungan dagang dengan Malaka pada waktu itu. Hasil rempah-rempah yang ada di Indonesia sangat menarik minat para pedagang muslim baik yang datang dari Arab, Persia maupun India.

Pada abad ke-13 M, banyak para pedagang muslim yang membentuk koloni-koloni dengan penduduk pribumi. Masyarakat muslim ini pada mulanya berada di Samudera Pasai, Perlak, Palembang semuanya berada di kepulauan Sumatera. Di Jawa, makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik Jawa Timur yang berangka 475 H (1082 M) dan makam-makam Islam di Tralaya sebagai bukti bahwa komunitas Islam telah berkembang di pusat kekuasaan Hindu-Jawa. Namun demikian, sumber sejarah yang memberikan kesaksian sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan tentang komunitas Islam di Indonesia, baik berupa prasasti maupun berita asing baru ada ketika komunitas Islam tersebut sudah menjadi pusat kekuasaan atau kerajaan Islam.

Perkembangan Islam di Indonesia terbagi menjadi 3 fase yaitu pertama singgahnya para pedagang di pelabuhan Nusantara, hal bersumber dari berita di negara Cina, kedua adanya komunitas Islam di kepulauan-kepulauan Indonesia terbukti dengan adanya makam-makam orang Islam, ketiga berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.

B. Para pembawa Islam ke Indonesia

Diantara pembawa agama Islam tersebut adalah :

  1. Gujarat (India), pedagang Islam dari Gujarat menyebarkan Islam dengan bukti-bukti antar lain : ukiran batu nisan gaya Gujarat dan adat istiadat budaya India Islam.
  2. Persia, pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa bukti antara lain : gelar “Syaikh” bagi raja-raja di Indonesia, pengaruh aliran “Wihdatul Wujud” (Syaikh Siti Jenar) dan pengaruh madzab Syi’ah (Tabut Hasan dan Husen).
  3. Arab, pedagang Arab banyak menetap di pantai-pantai kepulauan Indonesia, dengan bukti antara lain : adanya komunitas Arab dari Oman, Hadramaut, Basrah, dan Bahrein untuk menyebarkan islam di lingkungan sekitar Sumatra, Jawa, dan Malaka, munculnya nama “kampong Arab” dan tradisi Arab di lingkungan masyarakat, yang banyak mengenalkan islam.
  4. Cina, pedagang dan angkatan laut Cina (Ma Huan, Laksamana Cheng Ho/Dampo awan) mengenalkan Islam di pantai dan pedalaman Jawa dan sumatera, dengan bukti antara lain : Gedung Batu di Semarang (masjid gaya Cina), beberapa makam Cina muslim dan wali yang keturunan Cina.

Dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya menggunakan pendekatan cultural, sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan sosial yang penuh dengan toleransi dan saling menghormati.

C. Perkembangan Islam di Indonesia

Awal mula kekuasaan Islam telah dirintas sejak abad ke-7 Masehi, namun semuanya tenggelam oleh kekuatan kerajaan Sriwijaya di Palembang dan kerajaan Singasari dan Majapahit di Jawa Timur. Pada masa ini pedagang dan mubaligh Islam membentuk komunitas muslim. Mereka mengenalkan ajaran Islam yang mengutamakan toleransi dan persamaan derajad diantara sesama manusia. Sementara ajaran Hindu yang dikembangkan kedua kerajaan tersebut menekankan pada perbedaan status dan derajad manusia. Hal ini yang menarik perhatian masyarakat untuk mempelajari agama yang baru. Dengan metode ini agama Islam berkembang pesat dengan cara damai.

Masuknya Islam ke Indonesia terjadi secara bergelombang tidak bersama-sama. Disamping itu ketika Islam masuk ke daerah-daerah situasi sosial politik yang berkembang juga berbeda-beda. Pada awal abad ke-7, Sriwjaya meluaskan ekspansinya ke semenanjung Malaka untuk menguasai selat Malaka yang menjadi kunci perdagangan internasional. Kedatangan pedagang muslim di selat Malaka belum berdampak pada situasi politik. Baru pada abad ke-9 ketika terjadi pemberontakan kaum Cina, kaum muslimin banyak yang melarikan diri ke daerah kekuasaan Sriwijaya yang memang melindungi kaum muslim.

Pada abad ke-12 kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Kelemahan kerajaan Sriwijaya ini dimanfaatkan oleh para pedagang muslim untuk mendapatkan keuntungan politik dan perdagangan. Mereka mendukung daerah-daerah yang muncul dan yang menyatakan diri sebagai kerajaan Islam.

D. Proses Islamisasi di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia secara damai dan tanpa ada pergolakan apapun. Dengan cara yang demikian banyak masyarakat yang simpati dan menaruh perhati yang lebih terhadap agama Islam. Banyak sekali bentuk Islamisasi yang terjadi di Indonesia antara lain :.

  1. Melalui perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan abad ke-7 M hingga ke-16 M menjadikan para pedagang muslim ikut berpartisipasi didalamnya. Penyebaran Islam melalui jalur perdagangan ini sangat menguntungkan, karena para raja dan bangsawan turut ambil bagian dalam proses ini. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan para mullah-mullah dari negerinya sehingga jumlahnya semakin bertambah banyak.
  2. Melalui pernikahan. Secara ekonomi status sosial para pedagang muslim lebih tinggi dibanding penduduk pribumi. Sehingga puteri-puteri pribumi tertarik untuk menjadi istri saudagar muslim tersebut. Sebelum dinikahkan, tentunya mereka harus masuk Islam terlebih dahulu. Dengan pernikahan ini keturunan semakin banyak dan lingkungan semakin luas. Jalur pernikahan lebih menguntungkan ketika anak saudagar muslim menikah dengan anak bangsawan atau anak raja.
  3. Melalui tasawuf. Tasawuf mengajarkan akan kelembutan budi. Mereka mengajarkan ilmu tasawuf yang digabungkan dengan budaya yang sudah ada. Ajaran tasawuf yang dikembangkan berupa memanfaatkan kekuatan magis dan memiliki kemampuan menyembuhkan orang lain. Tentunya atas izin Allah swt.
  4. Melalui pendidikan,jalur ini dengan cara mendirikan pondok pesantren. Para penduduk pribumi dididik oleh para ulama’ dengan pendidikan yang kuat dan diberi bekal segala ilmu agama. Setelah dirasa cukup, mereka disuruh kembali ke daerahnya dan diharuskan menyebarkan ilmu yang telah didapatkan dipesantren.
  5. Melalui kesenian,yang paling terkenal adalah seni pertunjukan wayang. Dimana semua tokoh-tokoh Hindu dalam pewayangan diganti namanya dengan istilah Islam. Hal ini yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Selain itu juga bisa melalui seni kaligrafi, seni ukir dan seni bangunan.
  6. Melalui politik, dengan cara mengislamkan rajanya terlebih dahulu. Kemudian baru rakyatnya mau memeluk agama Islam. Karena sabda raja adalah sabda Tuhan.

E. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

I. Kerajaan Islam di Sumatera

  1. Kesultanan Peureulak, Kesultanan Peureulak adalah kerajaan Islam di Indonesia yang berkuasa di sekitar wilayah Peureulak, Aceh Timur, Aceh sekarang antara tahun 840 sampai dengan tahun 1292.
  2. Kerajaan Samudera Pasai, Samudra Pasai terletak di timur laut aceh Lhakseumauwe (Aceh Utara) dan merupakan kerajaan kembar. Diperkirakan berdiri pada abad ke-13 sebagai hasil dari proses islamisasi daerah pantai yang pernah disinggahi para pedagang muslim pada abad ke-7, dan ke-8.
  3. Kesultanan Malaka, Kesultanan Malaka (14021511) adalah sebuah kesultanan yang didirikan oleh Parameswara, seorang putra Melayu berketurunan Sriwijaya. Parameswara merupakan turunan ketiga dari Sri Maharaja Sang Utama Parameswara Batara Sri Tri Buana (Sang Nila Utama), seorang penerus raja Sriwijaya. Sang Nila Utama
  4. Kerajaan Aceh Darussalam.Kerajaan Islam yang kedua adalah Kerajaan Aceh sekarang terletak di daerah kabupaten Aceh Besar. Mengenai berdirinya terjadi pada abad ke-15 diatas puing-puing kerajaan Lamuri. Pendiri kerajaan ini adalah Muzafar Syah. Pada masa ini, kerajaan mengalami kemajuan di bidang perdagangan. Karena pedagang muslim yang sebelumnya di selat Malaka memindahkan aksesnya, karena Malak sudah dikuasai oleh Portugis.
  5. Kesultanan Johor, Kesultanan Johor terkadang disebut sebagai Johor – Riau atau Johor – Riau – Lingga adalah kerajaan yang didirikan pada tahun 1528 oleh Sultan Alauddin Riayat Syah, putra sultan terakhir Melaka, Mahmud Syah.

II. Kerajaan Islam di Jawa

  1. Kerajaan Demak, Islam masuk di pulau jawa ( termasuk demak ) tidak lepas dari peran para wali yang disebut Wali Songo yaitu Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), Sunan Ampel / Raden Rahmat (putra Sunan Gresik), Sunan Bonang / Raden maulana Makdum Ibrahim (Putra Sunan Ampel /saudara sepupu Sunan Kalijogo), Sunan Giri (Raden Paku), Sunan Drajat (Raden Qosim atau Syarifudin atau Putra Sunan Ampel), Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid), Sunan Kudus (Ja’far Shodiq), Sunan Muria (Raden Umar Said), Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
  2. Kerajaan Pajang,Kerajaan Pajang adalah pewaris kerajaan Islam Demak. Kesultanan yang terletak didaerah Kartasura sekarang ini merupakan kerajaan Islam pertama yang berdiri di daerah pedalaman pulau Jawa.Sultan pertama kerajaan Pajang adalah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging di lereng gunung Merapi.
  3. Kerajaan Mataram, Kerajaan ini mengalami masa / puncak kejayaan pada raja Sultan Agung. Salah satu dengan adanya karya sastra gendhing berisi ajaran filsafat kesucian jiwa, UU hukum pidana dan perdata bernama Surya Alam dan mengganti perhitungan tahun Hindu dengan tahun Islam.
  4. Kesultanan Cirebon, Kasultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Pada awal abad ke-16, Cirebon masih berupa daerah kecil di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran.
  5. Kesultanan Banten,Dipimmpin Sultan Abdul Mafakir Mahmud Abdul Kadir tahun 1626, anten mengalami kemajuan cukup pesat. Beliau mendapat gelar Sultan dari Makkah. Dialah raja Banten pertama dengan gelar Sultan yang sebenarnya. Ia meninggal pada tahun 1651 dan digantikan oleh cucunya Sultan Abdul Fath Abdul Fath. Raja inilah yang terakhir memimpin kerajaan Banten.

III. Perkembangan Islam di Sulawesi

  1. Kerajaan Gowa, Penyebaran Islam di sulawesi tidak lepas dari peranan Sunan Giri dan para santri-santrinya. Raja gowa yang terkenal adalah Sultan Hasanudin,sebagai raja yang sangat pemberani. Ia memperluas ekspansinya sampai ke Flores dan Sumbawa. Dengan keberaniannya itu ia dijuluki sebagai ”ayam jantan dari timur”.Kerajaan Gowa. Islam di Sulawesi Selatan mencapai puncak keemasannya sekitar awal abad ke-18 yang ditandai dengan berlakunya syariat Islam dalam berinteraksi sosial.
  2. Kerajaan buton, Syeikh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman al-Fathani ( dari Johor ) berhasil mengislamkan Raja Buton sekitar tahun 948 H/ 1538 M. Riwayat lain mengatakan tahun 1564 M. Sultan Halu Oleo dianggap sebagai Sultan Buton pertama, bergelar Sultan atau Ulil Amri dan menggunakan gelar yang khusus iaitu Sultan Qaimuddin. Maksud perkataan ini ialah Kuasa Pendiri Agama Islam.
  3. Kesultanan Bone, sering dikenal dengan Kesultanan Bugis, merupakan kesultanan yang terletak di Sulawesi bagian barat daya atau tepatnya di daerah Provinsi Sulawesi Selatan sekarang ini.




islam di Nusantara





islam di Nusantara

Syamsul Wardani


This interactive crossword puzzle requires JavaScript and any
recent web browser, including Windows Internet Explorer, Mozilla Firefox, Google Chrome, or
Apple Safari. If you have disabled web page scripting, please re-enable it and refresh
the page. If this web page is saved on your computer, you may need to click the yellow Information Bar at the top or bottom of
the page to allow the puzzle to load.






















DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MADINAH

Dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan.

Dalam sejarah tercatat bahwa Abdul muttalib adalah salah seorang pedagang Arab yang sangat terkenal dan sukses. Ia merupakan satu dari empat putra Abdul Manaf yang selalu mengadakan perniagaan ke tempat-tempat penting di wilayah Arabia. Kakek nabi Muhahammad berniaga ke Yaman, dua kakaknya berniaga ke Syam , sedangkan Abdu Syam ke Habsyi, sedangkan Naufal adiknya berdagang ke Persia.

Kegiatan perdagangan suku Quraisy sangat teratur dalam melakukan perjalanannya. Pada musim panas mereka melakukan perjalanan ke utara, sedangkan musim dinginan ke arah selatan. Tradisi ini diabadikan di dalam Al-Quran surat Quraisy (106 ; 1-2).

Artinya:

“Karena kebiasaan oran-orang Quraisy, yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan panas”.(Qs.al-Quraisy : 1-2)

Darah pedagang dari kakeknya nampak pada seeorang calon Nabi dan Rasul Allah ini. Muhammad sejak kecil sudah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, Nabi Muhammad tetap teguh dalam menghadapi kehidupannya. Usaha untuk mencari nafkah sudah dilakukannya sejak kecil, dari mulai menggembala kambing sampai berdagang.

Sejak kecil pamannya Abu Thalib sudah mengajaknya untuk ikut berdagang ke negeri Syam. Bahkan menginjak usia remaja sampai dewasa beliau sedah coba berdagang dengan mengambil barang dengannya dari seorang wanita kaya, yaitu Siti Khadijah. Talenta berdagang ditambah dengan keuletan dan kejujurannya menjadikan Muhammad sukses melakukan usaha ini. Siti Khadijah terpesona dengan akhlak dan kejujuran Muhammad dalam menjajakan dagangannya itu. Akhirnya Siti Khadijah menjadikan Nabi Muhammad saw. Sebagai pasangan hidupnya.

Setelah menikah dengan Siti Khadijah perekonomian Nabi Muhammad saw. Mengalami peningkatan. Walaupun ekonominya sudah mapan , tetapi tidak menjadikannya menumpuk kekayaan. Kekayaan yang ia miliki bersama istrinya dipakai untuk membangun masyarakat muslim. Rindakan ini diikuti oleh sahabat Nabi, terutama seteklah berhijrah.

Reaksi masyarakat Mekah terhadap kedatangan Islam sungguh tidak baik. Mereka mencoba menghentikan dakwah Rasulullah dengan berbagai cara, bahkan mencoba membunuh Rasulullah. Namun semangat dan usaha Nabi Muhammad untuk menyebarkan agama Islam tidak pernah pupus.

Karena melihat peluang dakwah begitu sempit di kota Mekah, nabi Muhammad lalu berfikir untuk hijrah ke Yatsrib atau Madinah. Bagi Nabi Muhammad ,Yastrib memiliki arti hubungan yang mendalam. Bukan hanya hubungan dagang, melainkan suatu hubungan yang dekat sekali. Di tempat itu ada kuburan ayahnya, yaitu Abdulllah Bin Abdhul Muthalib. Sebelum wafat setahun sekali ibu Aminah juga berziarah ke Yastrib. Famili-familinya dari pihak Bani Najjar juga ada di Yastrib.

Ketika berusia 6 tahun, Nabi muhammmad pernah ke Yastrib menemani ibunya untuk menziarahi makam sang ayah. Kemudian beliau kembali pulang dan Aminah jatuh sakit ditengah perjalanan lalu wafat dan di kuburkan di Abwa’ yaitu pertengahan jalan antara Yatsrib dengan makkah. Jadi tidak heran tanda-tanda kemenangan nabi Muhammad dimulai dari kota Yatrib, yang segra diganti nama menjadi Madinah setelah nabi hijrah. Di tempat inilah Nabi Muhammad memperoleh kemenangan. Dari sinilah Islam akan memperoleh sukses dan berkembang.

Setelah umat Islam berhijrah ke Madinah, yang mula-mula Nabi pikirkan ialah bagaimana membangun masyarakat Islam. Nabi segera membangun mesjid lalu menyusun barisan kaum muslimin serta mempererat persatuan mereka. Untuk mencapai maksud ini, kaum muslimin dipersaudarakan dengan umat islam yang lainnya. Nabu Muhammad bersaudara dengan Ali Bin Abu Thalib, Hamzah paman nabi bersaudara dengan Zaid, bekas budak Rasul, Abu Bakar bersaudara dengan Kharija Bin Zaid, Umar Bin Khatab bersaudara Itbah Bin Malik al-Khazraji, Abdurrrahman Bin Auf bersaudara dengan Sa’ad Bin Rabi’, dan setiap kaum Muhajirin dipersaudarakan dengan kaum Anshar. Dengan persaudaraan ini kaum muslimin bertambah kuat dan merasa senasib seperjuangan.

Nabi Muhammad juga membangun masyarakat madinah melalui kegiatan ekonomi dan perdangangan. Sebab, setelah meninggalkan kota Mekah, kaum Muhajirin sama sekali tidak memiliki harta kekayaan. Semua harta kekayaan mereka tinggalkan di kota Mekah, sehingga sebahagian besar mereka ketika memasuk madinah sudah hampir tidak ada lagi yang bisa dimakan.

Nabi Muhammmad bertekad memajukan sektor ekonomi dan perdagangan. Hal ini didukung oleh semua masyarakat Islam. Bahkan Abdurrrahman Bin auf yang dipersaudarakan dengan Sa’ad bin rabi’ tidak mau ketika saudaranya tersebut memberi sejumlah uang. Dia hanya mau ditunjukkan dimana letak pasar supaya bisa berdagang seperti anjuran Rasul. Disanalah Abdurrrahman Bin auf mulai berdagang mentaega dan keju. Dalam waktu yang tidak lama, dengan kecakapannya berdagang dia telah mencapai kekayaannya kembali dan dapat memberi maskawin kepada salah seorang wanita di Madinah. Bahkan ia telah mempunyai kafilah-kafilah yang pergi dan pulang membawa barang dagangan. Selain Abdurrrahman Bin auf, dari kalangan Muhajirin juga banyak yang melakukan hal yang serupa. Orang-orang Mekah sebenarnya pandai dalam bidang perdagangan, sampai orang mengatakan bahwa dengan perdagangannya, penduduk Mekah dapat mengubah pasir sahara menjadi emas.

Selain berdagang, kegiatan ekonomi lainnnya adalah bertani. Hal ini didukung oleh tanah Madinah yang subur dengan kebun-kebun anggur dan kurmanya yang terkenal. Di antara sahabat yang menekuni bidang pertanian adalah Abu Bakar, Umar, Ali Bin Abu Thalib.keluarga-keluarga mereka terjun dalam bidang pertanian dengan cara menggarap tanah milik kaum Anshar bersama-sama pemiliknya.

Ada juga umat Islam yang berasal dari Mekah yang memiliki kesukaran hidup seperti tidak memiliki tempat tinggal, bagi mereka ini oleh Rasulullah disediakan tempat di shuffa (serambi mesjid) sebagai tempat tinggal. Oleh karena itu mereka disebut sebagai ahli shuffa(ahli shuffa). Belanja mereka diambilkan dari harta kaum muslimin baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar yang berkecukupan.

Nabi mhammad berhasil menyatukan penduduk Yatsrib dan membangun masyarakatnya melalui sektor ekonomi dan perdagangan, untuk menuju masyarakat yang adil sejahtera.

B. Meneladani perjuangan Nabi dan para Sahabat di Madinah

Nabi Muhammad saw. Tiba di kota Madinah pada hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, yakni bertepatan dengan tanggal 24 September 622 M. Kedatangan Nabi sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat Madinah. Selain ingin melihat dari dekat , mereka juga ingin mengikuti ajaran Nabi Muhammad sebagai nabi akhir zaman. Masyarakat Madinah berbondong-bondong menyambut kedatangan Nabi.

Orang-orang terkemuka di madinah berebut menawarkan diri supaya Nabi berkenan tinggal bersama mereka dengan segala persediaan dan persiapa yang ada. Tapi Nabi menolak dengan halus. Beliau menyusuri jalan-jalan di Yastrib di tengah kaum muslimin yang ramai menyambutnya. Penduduk Yatsrib menyaksikan hadirnya pendatang baru, orang besar yang telah mempersatukan suku Aus dan Khazraj yang selama ini saling bermusuhan dan saling berperang.

Ahirnya unta Nabi Muhammad berhenti disebuah tempat penjemuran korma milik dua orang anak yatim dari Bani najjar. Ketika itulah Rasul turun dari untanya dan berkata: “kepunyaan siapa tempat ini?” . Kepunyaan Sahal dan Suhail bin Amr,” jawab Ma’adh bin Afra’. Dia adalah wali dari kedua anak yatim itu. Ma’adh Bin Afra’meminta Nabi Muhammad supaya mendirikan mesjid dan rumahnya di tempat itu.

Hal-hal yang dapat diteladani dari perjuangan Nabi dan sahabat di Madinah adalah:

1. Bersikap baik kepada semua masyarakat Madinah

Dalam perjalanannya menuju kota Madinah, Nabi Muhammad selalu di minta masyarakat untuk singgah dirumah mereka. Tetapi nabi selalu menolak dengan halus. Nabi hanya menjawab,”saya akan menginap di mana untaku akan berhenti.” Namun demikian sikap Nabi tetap ramah dan baik kepada setiap masyarakat kota Madinah.

2. Mendirikan Masjid di Madinah

Hal yang pertama yang dipikirkan oleh nabi adalah bagaimana usaha untuk mendirikan mesjid. Nabi tidak memikirkan bagaimana membangun rumahnya sendiri, karena yang terpenting adalah masjid. Mesjid yang dibangun Nabi di Madinah inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan mesjid Nabawi. Didirkan di atas tanah milik anak yatim Sahal dan Suhail. Nabi tidak menerima tanah itu dengan Cuma-Cuma tetapi beliau beli dengan harga yang layak. Pembangunan mesjid nabawi dikerjakan secara gotong royong dengan seluruh masyarakat, baik kaum Anshar dan Muhajirin. Nabi sendiri ikut terjun langsung untuk membantu pembangunan mesjid Nabawi.

Setelah mendirikan mesjid, Nabi dibantu oleh para sahabat membangun rumahnya disekitar mesjid, selama pembangunan itu, Nabi tinggal di rumah Abu ayyub.

3. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan Anshar

Kaum Anshar merupakan penduduk madinah yang memiliki tempat tinggal dan harta benda. Berbeda dengan kaum Muhajirin, mereka mencari selamat dan pergi ke Madinah tanpa ada tempat untuk berteduh, tiada lapangan pekerjaan dan tiada harta untuk mempertahankan hidup.

Jumlah kaum Muhajirin selalu bertambah sementara madinah bukanlah suatu daerah yang memiliki kekayaan yang melimpah. Akan tetapi keadaan tersebut tidaklah memperburuk keadaan hubungan antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin. Justru keadaan itulah yang semakin mempererat hubungan keduanya. Tujuan mereka sama berjuang dalam menjalankan agama. Kaum

Anshar telah menolong kaum Muhajirin dengan ikhlas dan tidak memperhitungkan keuntungan materi, melainkan hany mencari keridhaan Allah. Kaum Muhajirin yang jauh dari keluarga dipersaudarakan oleh Rasululllah dengan kaum Anshar. Dengan demikian, kaum Muhajirin merasa aman dan tentram dalam menjalankan syariat islam.

4. Memberikan kebebasan beragama bagi seluruh penduduk Madinah.

Nabi Muhammad tidak pernah memikirkan kekuasaan, harta benda atau perniagaan. Seluruh tujuannya hanyalah memberi ketenagan jiwa, bagi mereka yang menganut ajaran Islam, dan menjamin kebebasan penganut kepercayaan agama lain. Baik bagi seorang muslim, seorang yahudi atau seorang kristen masing-masing mempunyai kebebasan yang sama dalam menganut kepercayaan, menyatakan pendapat dan mendakwahkan agama. Hanya kebbebasanlah yang menjamin dunia ini mencapai kemajuan. Oleh karena itu Nabi Muhammad selalu cinta damai. Nabi tidak akan memilih jalan perang kalau tidak terpaksa karena membela kebebasan, agama dan kepercayaan.

Nabi Muhammad membuat suatu perjanjian tertulis antara kaum Muhajirin dan Anshar dengan orang-orang Yahudi yang terkenal dengan nama Piagam madinah. Dianatara isi perjanjian itu adalah sama-sama mengakui agama, menjaga harta benda, dan menjaga Madinah dari serangan musuh.

Kesimpulan.

  • Nabi Muhammad saw. Tiba di kota Madinah pada hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama Hijriah, yakni bertepatan dengan tanggal 24 September 622 M.
  • Kaum Anshar adalah umat Islam di Madinah yang membantu meringankan beban Nabi dan para sahabatnya ketika Hijrah.
  • Kaum Muhajirin adalah umat Islam dari Mekkah yang berhijrah ke Madinah untuk menghindari kezaliman penduduk kafir Mekkah.
  • Untuk mempererat kesatuan umat islam,Nabi Muhammad saw. mempersaudarakan kaum Anshar dengan kaum muhajirin.
  • Nabi Muhammad membangun masyarakat Islam di Madinah melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan.
  • Selain berdagang, para sahabat juga menekuni sektor pertanian seperti sahabat Abu bakar, Umar dan Ali Bin Abu Thalib.
  • Hal pertama yang diperhatikan setelah Nabi tiba di Madinah adalah membangun mesjid, memperbaiki kondisi ekonomi dan menjaga keamanan.

DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MEKKAH

A. Dakwah Nabi Muhammad untuk Menyempurnakan Akhlak Manusia

Setelah Nabi Miuhammad SAW menerima wahyu, maka secara resmi beliau telah diangkat menjadi Rasul oleh Allah SWT. Beliau mempunyai kewajiban untuk membina umat yang telah berada dalam kesesatan untuk menuju jalan yang lurus. Dakwah Nabi Muhammad SAW dimulai dari wilayah Makkah di jazirah Arab, walaupun pada akhirnya ajaran beliau adalah untuk seluruh umat manusia. Jauh sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW, sebenarnya Allah SWT juga telah mengutus nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Kedua Rasul ini telahberhasil membina bangsa Arab dan masyarakat makkah menjadi orang yang beriman dan henya menyembah kepada Allah SWT. Bahkan kedua Rasul tersebut juga diperintah Allah SWT untuk membangun Ka’bah di Makkah. Namun dengan berjalanya waktu, keimanan masyarakat Makkah menjadi luntur dan berubah menjadi kemusyrikan dengan menyembah patung dan berhala. Mereka tidak hanya mengalami kerusakan dalam hal aqidah, bahkan akhlaknya juga rusak.Olehkarenannya, menyempurnakan akhlak manusia ini merupan tugas dan misai utama beliau diutus oleh Allah SWT dijazirah arab. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak)” (HR Ahmad).

Firman Allah SWT :

AL FATIR

  • Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, Maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. dan rencana jahat mereka akan hancur. ( Q.S. Fatir : 10 )

Nabi Muhammad mengajarkan bahwa kemuliaan manusia tidak diukur dari harta, keturunan, suku, keindahan tubuh, kekuatan, maupun pangkat dan jabatannya dalam masyarakat.Namun kemuliaan manusia terletak pada ketaatannya kepada Allah SWT dan kemuliaan akhlaknya, baik berupa sikap, perkataan, maupun perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal ketika itu masayarakat Arab sangat menonjolkan keturunan dan sukunya. Mereka sering berselisih, bertengkar bahkan berperang agar sukunya menjadi yang paling terhormat diantara yang lain. Mereka juga sangat membanggakan harta dan kedudukan. Semakin banyak harta dan memiliki banyak budak, maka mereka merasa menjadi mulia. Setelah menjadi rasul, Nabi Muhammad SAW memberikan ajaran yang sangat mulia bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat dan dapat bermanfaat bagi orang lain. Padahal perilaku masyarakat Quraisy saat itu seringkali menyengsarakan orang lain,, mereka semena-mena terhadap orang-orang miskin apalagi terhadap budak-budak mereka. Betapa beratnya tugas Nabi Muhammad SAW untuk membina manusia agar berakhlak mulia ketika kondisi akhlaknya sudah buruk. Namun semua itu dilakukan beliau dengan penuh kesabaran dan dengan cara memberi teladan.

B. Nabi Muhammad Sebagai Rahmat bagi Alam Semesta

Bagi orang-orang yang merasakan bahwa kehidupan para pembesar dan bangsawan Makkah yang sudah sesat dan keterlaluan, namun mereka tidak mampu berbuat apa-apa, maka kehadiran Nabi Muhammad saw. seperti seteguk air saat mereka merasakan dahaga yang sudah sangat lama. Nabi Muhammad saw. mengajarkan tentang persamaan derajat manusia. Nabi Muhammad saw. juga mengajarkan agar penyelesaian masalah tidak boleh dilakukan dnegan cara kekerasan, namun harus dilakukan dengan cara-cara yang damai dan beradab. Hal ini tercermin dalam tindakan Nabi Muhammad ketika mendamaikan masyarakat Makkah saat akan meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya.

Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya maka dia harus mengasihi yang miskin dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang kuat harus mengasihi yang lemah. Orang tua harus menyayangi anaknya baik anak itu laki-laki maupun perempuan, sebaliknya anak harus menghormati dan berbakti kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua. Ketika antar anggota masyarakat dapat memahami hak dan kewajibannya, saling menghormati, menghargai, dan mengasihi, maka akan menjadi masyarakat yang damai, aman, tenteram dan sejahtera. Terbukti, saat ini keadaan Masyarakat Makkah dan Madinah menjadi masyarakat yang sangat beradab, damai, sejahtera dan mengalami kemajuan yang pesat. Semua itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada Allah dan senantiasa berpegang teguh kepada ajaran Nabi Muhammad saw. Dengan demikian sesungguhnya Nabi Muhammad ditus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam. Nabi tidak hanya diutus untuk penduduk Makkah saja, atau bagi bangsa Arab saja, namun nilai-nilai yang dibawanya adalah nilai-nilai universal yang dapat meningkatkan martabat umat manusia sehingga berbeda dengan binatang.
Firman Allah SWTAL ANBIYA

  • “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QَS Al Anbiya : 107}

C. Meneladani Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat di Makkah

Ada bebberapa hal yang sangat berharga dari cara cara dakwah Rasulullah yang harus diteladani oleh umat islam, antara lain adalah :
1. Nabi Muhammad berdakwah dengan keeladanan. Sebelum beliau menyampaikan sesuatu, maka beliau terlebih dahulu melaksanakanya. Jadi, disamping dakwah dengan lisan, dakwah juga dilakukan dengan perbuatan, sikap, dan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Disampaikan dengan penuh kehati-hatian, sabar, dan menggunakan bahasa yang halus dan lemah lembut serta dengan bahasa yang mudah dipahami.
3. Rasulullah saw. memposisikan para pengikutnya sebagai sahabat, hal ini tercermin dalam sebutan para pengikutnya yakni dengan sebutan ‘sahabat’. Cara seperti ini menimbulkan rasa simpati yang luar biasa, karena di dalam Islam nyata-nyata diterapkan kesetaraan.
4. Rasulullah saw. selalu bersama para sahabat-sahabatnya baik dalam keadaan suka maupun duka, dengan demikian terjalin persatuan, kesatuan, dan solidaritas umat Islam yang sangat kuat. Dalam berdakwah Rasulullah saw. tidak pernah memaksakan kehendak, Rasulullah saw hanya menyampaikan ajaran dari Allah SWT, dan memberikan pemahaman secara rasional dan dengan hati yang jernih. Mengikuti atau tidak hal itu menjadi hak pribadi masing-masing. Dengan kata lain, dalam berdakwah Rasulullah saw tidak pernah menggunakan cara-cara kekerasan.



Muamalah dan Riba

  Muamalah adalah aktivitas perbuatan manusia dalam melakukan interaksi dengan sesama manusia. Allah Swt menciptakan manusia sebagai makhluk...